Desember, iya bulan Desember untuk pertama kalinya aku
mengenalmu. Saling bersapa lewat mention, mention yang tidak menjanjikan
pertemuan itu. Kamu selalu menyapaku, aku pun begitu. Perkenalan ini terasa
begitu hangatnya dan aku larut dalam kenyamanan yang tanpa sengaja kau buat. Apalagi
saat kaumulai mengenalkan suaramu yang kau post di soundcloudmu, apa kamu sadar
sejak aku tahu akun soundcloudmu aku diam-diam sering mendengarkan suaramu,
suara seperti orang pilek tapi berhasil membuatku tersenyum dan ketagihan. Tapi,
entah kenapa, sejak sapaanku mulai kaubalas dengan cueknya, sejak sapaanku
taklagi kaubalas dan hanya meretweet saja. Sejak saat itu, kau tahu? Aku mulai
merasa kehilangan. Kehilangan sosok teman (dunia maya) yang membuatku nyaman,
membuatku lupa dengan segala hal pahit yang beberapa tahun silam aku rasakan. Aku
kehilangan sosok penyemangat, kehilangan tawa. Apalagi saat kamu mulai sibuk
dengan kegiatanmu, kamu taklagi membalas setiap sapaanku. Hingga akhirnya aku
tahu, kamu sudah ada yang punya. Betapa beruntung wanita itu, memiliki kamu
yang humoris, sopan, dan humble. Aku tahu, ini semua salahku. Aku yang membuat
rasa sakit ini muncul. Sakit? Maksudnya, aku sakit hati? Nggak mungkin! Aku dan
kamu hanya bertemu di Time Line twitter. Aku tidak yakin, mana mungkin tulisan
bisa membuatku jatuh cinta hingga sakit hati? Tapi aku selalu rindu dengan
suaramu, rindu dengan tulisanmu yang (dulu) sering ada di mentionku. Setiap kali
aku bertanya tentang perasaan ini pada sahabat-sahabatku, jawaban mereka sama. Aku
hanya merasa nyaman dengan perhatian dan keseruanmu. Tapi bagiku, “cinta”
adalah sebutan bagi orang yang merasa nyaman, sayang dan takut kehilangan. Dan perasaan
ini? Benar aku nyaman dengan keberadaanmu, benar aku takut kehilangan sosok
kamu yang selalu bisa menghiburku. Sayang? Apa sejak rasa nyaman itu muncul,
rasa sayang itu juga muncul? Tapi jujur, aku selalu saja khawatir jika aku dengar
kabar dari temanmu kamu sedang sakit, dan aku akan merasa lega jika aku
mendengar kabar kamu baik-baik saja. Apa itu juga namanya rasa sayang? Kalau itu
benar rasa sayang, berarti aku mencintaimu? Dan aku percaya, dimana foto,
tulisan, dan suara bisa menjelma menjadi rasa cinta sebelum ada pertemuan. Dan kini
harusnya aku melupakanmu, bukan justru mengharapkan kamu yang sehangat dulu,
bukan berkhayal kelak kamu akan menemuiku dan kita akan sedekat mereka yang
berpacaran melalui perkenalan facebook di ftv-ftv itu. Aku memang bodoh dan tak
tahu diri! Kamu siapa? Aku siapa? Setahuku kamu anak pejabat tinggi di kotamu
dan aku? Cewek kampung yang kamu kenal melalui twitter saja. Kamu juga sudah
punya pacar kan? Harusnya dari awal aku tidak mengartikan keseruanmu sebagai
ketertarikan, bukankah kamu memang humble? Aku menyesal!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar